Kesenian Tradisional Dulmuluk
Kesenian Tradisional Dulmuluk
Dul muluk adalah teater / drama tradisional yang berkembang di Sumatera
Selatan. Seni pertunjukan ini bermulai dari syair Raja Ali Haji, sastrawan yang
pernah bermukim di Riau. Kemudian menyebar hingga ke Palembang. salah satu kesenian yang hampir hilang dikarnakan perkembangan jaman, dan
teradisi ini sempat diisukan masyarakat setempat telah punah, padahal
kesenian ini menghibur dan asik karna telah terjadi perkembangan di arah yang
positif ,mulai dari kostum yang digunakan semakin baik dari sebelumnya,dekor/latar panggung yang smakin mendukung dan menambah
dayatarik.
Dalam Dulmuluk ada lakon, syair, lagu-lagu Melayu, dan lawakan. Lawakan,
yang biasa disebut khadam, sering mengangkat dan menertawakan ironi
kehidupan sehari- hari masyarakat saat itu.
Bentuk pementasan Dulmuluk serupa dengan lenong dari masyarakat Betawi
di Jakarta. Akting di panggung dibawakan secara spontan dan menghibur.
Penonton pun bisa membalas percakapan di atas panggung. Pertunjukan
Dulmuluk mulai dikenal pada awal abad ke-20. Pada masa penjajahan
Jepang sejak tahun 1942, seni rakyat itu berkembang menjadi teater
tradisi yang dipentaskan dengan panggung. Saat itu kelompok teater
Dulmuluk bermunculan karena digemari oleh masyarakat. Dulmuluk menarik
karena menampilkan teater yang lengkap. Ada lakon, syair, lagu-lagu
Melayu, dan lawakan. Berdasarkan latar belakang diatas,penulis tertarik untuk mengangkat
permasalahan tentang Dulmuluk sebagai Karya sastra drama tradisional
Palembang.
Ciri - ciri Dulmuluk Terdahulu :
Teater
Tradisional Dulmuluk mempunyai beberapa ciri ciri yang membuatnya
berbeda dengan teater tradisional lain nya, ciri tersebut ialah sebagai
berikut :
- Dialog nya seringkali mengunakan pantun atau syair.
- Peranan wanita di perankan oleh laki - laki, atau lebih tepatnya lagi hanya laki - laki yang bermain.
- Di awal dan di akhir pertunjukan dulmuluk terdapat nyanyian dan tarian yang bernama "Beremas".
- Dalam pertunjukan dulmuluk, menampilkan kuda dulumuluk sebagai ciri tersendiri. "bukan kuda lumping ".
- Adanya tarian dan nyanyian didalam pertunjukan dulmuluk yang di gunakan sebagai simbol, contoh nya seperti saat sedih,senang, marah,atau pun mengungkapkan isi hati biasanya di ungkap kan sambil berdendang dan menari.
- cerita dulmuluk hanya menceritakan dua syair yaitu syair raja Abdulmuluk dan syair Zubaidah siti.
- Sebelum pertunjukan Dulmuluk diGelar biasanya dilakukan upacara kecil " sesajen " dan pembacaan do'a untuk keselematan/tolak balak.
Teater Dulmuluk Generasi Baru/Dulmuluk Saat ini :
- Dialog yang digunakan tetap menggunakan syair namun terkadang diplesetkan agar tidak terlalu tegang hingga memunculkan suasana yang lebih akrab pada menonton dan agak Humoris
- Peranan wanita di perankan oleh wanita, alasan pada zaman dahulu pria memerankan wanita karena memang sulit mengajak wanita untuk ikut dalam pementasan dulmuluk apalagi dulmuluk di pentaskan pada malam hari sampai pagi hari. tapi pada saat ini tidak terlalu sulit .
- Diawal dan diakhir pementasan Dulmuluk tetap ada Beremas namun saat ini lebih dikreasikan dengan gerakan yang lebih menarik.
- Kuda Dulmuluk yang di tampilkan lebih dibuat menarik dengan hiasan - hiasan manik - manik dan hiasan menarik lainnya.
Dulmuluk merupakan pembacaan syair kemudian disertai dengan peragaan
oleh beberapa orang, ditambah iringan musik. Pertunjukan itu mulai
dikenal Masyarakat sebagai penikmat seni pertunjukan. Dul Muluk
menghendaki pertunjukan Dul Muluk secara ekstrinsik awalnya adalah
pertunjukan ini mempunyai makna sebagai penyebaran agama (pesan moral).
Saat ini selain membawa pesan lama unsur hiburannya pun menghiasi
kemeriahan penikmatnya. Perubahan secara ekstrinsik pada pertunjukan
Dulmuluk adalah menerima penandaan baru berupa kemasan dalam penambahan
unsur-unsur yang melintasi sebagai kekayaan kreativitas masyarakatnya.
Perubahan substansial (perubahan intrinsik), tidak terjadi secara esensi
(pesan moral) dari pertunjukan Dulmuluk itu sendiri.mengalami masa
transisi (keterasingan) budayanya. Perjalanan Dul Muluk yang mengalami
perubahan fungsi men-tradisi akan membawa keada kemungkinan-kemungkinan
“pilihan” alternatif dalam proses penikmatan penonton. Pertunjukan
Dulmuluk tidak dapat digolongkan dalam kategori pertunjukan betul atau
tidak betul secara tradisi ataupun digolongkan sebagai pertunjukan yang
baik atau buruk dalam kualitas pertunjukan, serta pertunjukan yang benar
secara tradisi atau salah yang salah menurut tradisi, lebih parah lagi
jika pertunjukan Dulmuluk mengalami proses pertunjukan yang disukai atau
tidak disukai oleh penonton.
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin, 1994. Pengantar Apresiasi Karya Sastra.
Sinar Baru Algensindo. Bandung.
Mulawarman, dkk. 2011. “Suntingan Naskah Syair Abdul Muluk”. Balai Bahasa Propinsi Sumatera Selatan
http://keseniandulmuluk.blogspot.com/
29 Maret 2010 .Ulasan dari Bentara Budaya, PROFIL: Wak Pet, Dedengkot Kesenian Dulmuluk
http://zainalnusyirwan.blogspot.com/2013/04/dulmuluk-sebagai-karya-sastra-drama.html
NPM: 35413185
Comments
Post a Comment