PRASANGKA DISKRIMINASI DAN ETNOSENTRISME
Sikap yang negatif terhadap sesuatu, disebut prasangka.
Walaupun dapat kita garis bawahi bahwa prasangka dapat juga dalam dalam
pengertian positf. Tulisan ini lebih banyak membicarakan prasangka dalam dalam
pengertian negatif. Tidak sedikit orang-orang yang mudah berprasangka, namun
banyak juga orang-orang yang lebih sukar untuk berprasangka. Mengapa terjadi
perbedaan cukup menyolok? Tampaknya kepribadian dan intelekgensia, juga faktor
lingkungan cukup berkaitan dengan munculnya prasangka.
Cina sebagai kelompok rninoritas, sering menjadi sasaran
rasial, walaupun secara yuridis telah menjadi warga negara Indonesia dan dalam
UUD 1945 Bab X Pasal 27 dinyatakan bahwa semua warga negara mempunyai
kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan.
Sikap berprasangka jelas tidak adil, sebab sikap yang
diambil hanya berdasarkan pada pengalaman atau apa yang didengar. Lebih-lebih
lagi bila sikap berprasangka itu muncul dari jalan fikiran sepintas, untuk
kemudian disimpulkan dan dibuat pukul rata sebagai sifat dari seluruh anggota
kelompok sosial tertentu. Apabila muncul suatu sikap berprasangka dan
diskriminatif terhadap kelompok sosial lain, atau terhadap suatu suku bangsa,
kelompok etnis tertentu, bisa jadi akan menimbulkan pertentangan-pertentangan
sosial yang lebih luas. Suatu contoh: beberapa peristiwa yang semula menyangkut
berapa orang saja, sering menjadi luas, melibatkan sejumlah orang. Akan menjadi
lebih riskan lagi apabila peristiwa itu menjalar lebih luas, sehingga
melibatkan orang-orang di suatu wilayah tertentu, yang diikuti dengan tidakan•
tindakan kekerasan dan destruktif dengan berakibat mendatangkan kerugian yang
tidak kecil.
Berlatar belakang sejarah.
Orang-orang kulit putih di Amerika Serikat berprasangka
negatif terhadap orang orang Negro, berlatar belakang pada sejarah masa lampau,
bahwa orang-orang kulit putih sebagai tuan dan orang-orang Negro berstatus
sebagai budak. Walaupun reputasi dan prestasi orang-orang Negro dewasa ini
cukup dapat dibanggakan, terutama dalam bidang olah raga, akan tetapi prasangka
terhadap orang-orang Negro sebagai biang keladi kerusuhan dan keonaran belum
sirna sampai dengan generasi-generasi sekarang ini.
Dilatarbelakangi oleh perkembangan sosio
- kultural dan
situasional. Suatu prasangka muncul dan berkembang dari suatu individu terhadap
individu lain, atau terhadap kelompok sosial tertentu manakala terjadi
penurunan status atau terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh pimpinan
Perusahaan terhadap karyawannya.
Bersumber dari faktor kepribadian. Keadaan frustrasi dari
beberapa orang atau kelompok sosial tertentu merupakan kondisi yang cukup untuk
menimbulkan tingkah laku agresif. Para ahli beranggapan bahwa prasangka lebih
dominan disebabkan tipe• tiepe kepribadian orang-orang tertentu. Tipe
authoritarian personality adalah sebagai ciri keperibadian seseorang yang penuh
prasangka, dengan ciri-ciri bersifat konservatif dan bersifat tertutup.
Berlatar belakang dari perbedaan keyakinan, kepercayaan dan
agama.
Bisa ditambah lagi dengan perbedaan pandangan politik, ekonomi dan
ideologi. Prasangka yang berakar dari hal-hal tersebut di atas dapat dikatakan
sebagai suatu prasangka yang bersifat universal. Beberapa diantaranya : Konflik
Irlandia Utara-Irlandia Selatan, Konflik antara golonganb keturunan
Yunani-Turki di Cyprus dan perang lran-Irak berakar dari latar belakang adanya
prasangka agama/kepercayaan agama. Perang Vietnam, pendudukan Afganistan oleh
Uni Sovyet, konflik-konflik dilingkungan negara-negara Amerika Tengah dan
Afrika lebih banyak bermotifkan ideologi, politik dan strategi politik global.
Munculnya kelompok-kelompok ekonomi, berdirinya fakta-fakta pertahanan seperti
NATO atau SEA TO adalah contoh-contoh jelas dan gamblang berakar dari adanya
suatu prasangka dan adanya politik global dari negara-negara adikuasa.
Setiap suku bangsa atau ras tertentu akan memiliki ciri khas
kebudayaan, yang sekaligus menjadi kebanggaan mereka. Suku bangsa, ras tersebut
dalam kehidupan sehari-hari bertingkah laku sejalan dengan norma-norma, nilai•
nilai yang terkandung dan tersirat dalam kebudayaan tersebut.
Suku bangsa, ras tersebut cenderung menganggap kebudayaan
mereka sebagai salah ssesuatu yang prima, riil, logis, sesuai dengan kodrat
alam dan sebaginya. Segala yang berbeda dengan kebudayaan yang mereka miliki,
dipandang sebagai sesuatu yang kurang baik, kurang estetis, bertentangan dengan
kodrat alam dan sebagainya. Hal - hal tersebut di atas dikenal sebagai
ETNOSENTRISME, yaitu suatu kecendrungan yang menganggap nilai-nilai dan
norma-norma kebudayaannya sendiri sebagai suatu yang prima, terbaik, mutlak, dan
dipergunakannya sebagai tolak ukur untuk menilai dan membedakannya dengan
kebudayaan lain.
Etnosentrisme nampaknya merupakan gejala sosial yang
universal, dan sikap yang demikian biasanya dilakukan secara tidak sadar.
Dengan demikian etnosentrisme merupakan kecendrungan tak sadar untuk
menginterpretasikan atau menilai kelompok lain dengan tolak ukur kebudayaannya
sendiri. Sikap etnosentrisme dalam tingkah laku berkomunikasi nampak canggung,
tidak luwes. Akibatnya etnosentrisme penampilan yang etnosentrik, dapat menjadi penyebab utama kesalah pahaman dalam berkomunikasi.
Etnosentrisme dapat dianggap sebagai sikap dasar ideologi Chauvinisme pernah
dianut oleh orang• orang Jerman pada zaman Nazi Hitler. Mereka merasa dirinya
superior, lebih unggul dari bangsa-bangsa lain, dan memandang bangsa-bangsa
lain sebagai inferior, lebih rendah, nista dsb.
Referensi:
Harwantiyoko dan Katuuk, Neltje F. 1997. MKDU ILMU SOSIAL
DASAR. Jakarta: Gunadarma
Comments
Post a Comment